Balas Dendam, Perlukah Itu ?

Balas Dendam, Perlukah Itu ?

Ketika ada seseorang berbuat salah kepada kita, mungkin yang terpikir pertama kali adalah membalas dendam. Entah itu pasangan kita selingkuh ataupun hal lain yang membuat kita kesal. Kita ingin orang tersebut mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah dia perbuat kepada kita.

Hal itu tidak perlu dilakukan. Karena, satu-satunya cara untuk menahan keinginan membalas dendam adalah dengan menerima kejadian tersebut dan mengganti keinginan untuk membalas dengan berpikir positif. Atau dengan kata lain: ikhlas dan melanjutkan hidup.

Jangan merendahkan diri kita dan menjadikannya satu level dengan orang yang berbuat salah/jahat dengan kita dengan melakukan hal yang membuatnya merasakan kepedihan yang sama.

Menurut saya, yang namanya balas dendam nggak akan mengenal kata puas. Pada saat membalas dendam, kita bisa tenggelam terlalu jauh dan saat itu sudah terlalu susah untuk mengontrol diri. Ibarat bola salju yang menggelinding turun dari puncak bukit, semakin lama semakin besar, kekuatan yang berkali-kali lipat, dan bisa melukai kita. Pada saat kita ingin berhenti, mungkin terlalu susah atau telat.

Lagipula, dengan melakukan balas dendam, sebenarnya kita sedang merencanakan kehancuran hidup jangka panjang. Bayangkan berapa banyak waktu dan energi yang terbuang untuk memikirkan apa yang harus kita lakukan supaya orang lain merasa tersiksa.

Belum lagi perasaan sakit hati yang pasti akan terus menerus ada karena tiap kali kita memikirkan rencana tersebut, pasti rasa sakitnya muncul kembali. Lukanya akan terus menerus terbuka, padahal seharusnya sudah sembuh. Penderitaan karena rasa sakit hati nggak berkesudahan akan menjadi teman kita, yang pasti menimbulkan aura negatif.

Jadi harus bagaimana?


Menurut Confucius, balas dendam yang paling efektif adalah dengan melanjutkan hidup dan bahagia menjalaninya. Tunjukkan kepada orang yang menyakiti kita bahwa seluruh hal negatif yang yang telah dia lakukan, nggak berpengaruh terhadap kita.

Buktinya, kita masih bisa menjalani hidup dengan baik dan lebih bahagia. Jangan berikan mereka kepuasan dengan melihat kita menderita. Mungkin pada satu titik, kita akan menyadari bahwa nggak ada yang balas dendam yang lebih sempurna selain memberikan maaf.

Oleh karena itu, kita butuh melanjutkan hidup alias move on. Hidup itu ke depan, bukan terus-terusan menoleh ke belakang. Ibarat kaca spion di mobil itu hanya ditaruh sedikit di kanan dan di kiri, karena fokus kita ada di depan. Melihat ke belakang, hanya sebagai pengingat dan supaya kita lebih awas dalam perjalanan.

Lagipula, saya percaya akan balasan dari Tuhan. Kalau kita melakukan hal jelek, pasti Tuhan  akan memberikan ganjaran yang setimpal. Begitu pun sebaliknya. Nggak usah kita repot-repot membalas dendam karena pasti mereka akan menerima balasannya, dan kalau kita beruntung, Tuhan akan memberikan kesempatan bagi kita untuk melihat hal tersebut terjadi.

0 comments:

Copyright © 2012 Info Terhanyar.